Sabtu, 19 Desember 2009

Perenungan Filsafat Terhadap Lingkungan Masyarakat

Saya hidup dan dibesarkan dalam latar belakang keluarga etnis Tionghoa yang begitu keras. Saya hidup dengan begitu banyaknya perjuangan dalam diri untuk terus maju ke depan terlebih lagi banyaknya motivasi untuk selalu berubah dari hari ke hari dan semuanya itu berkat dari orang tua saya yang mengajarkan prinsip-prinsip dasar orang Tionghoa. Saya selalu bermimpi untuk menjadi pemimpin yang dapat menggerakan orang-orang di sekitar saya agar mereka juga mendapat bagian yang pantas untuk apa yang dilakukannya.
Saya merupakan pribadi yang cukup tertutup untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitar saya, hal ini saya terapkan untuk menjaga image yang telah dibangun di tengah-tengah masyarakat terhadap saya. Saya juga tidak segan-segan untuk mengatakan salah adalah salah dan benar adalah benar. Saya tidak takut sekalipun terhadap apa yang saya lihat, dengar, dan alami. Saya tahu bahwa dunia ini sangat kejam, tetapi dengan latar belakang keluarga saya yang cukup keras, saya juga dapat mengendalikan diri untuk menempatkan diri saya layaknya saya menjadi orang-orang di sekitar saya.
Saya tidak mau memperlakukan teman-teman, sahabat-sahabat bahkan orang yang baru saya kenal dengan cara yang sama. Saya akan menempatkan diri saya layaknya saya berada dalam kondisi dan posisi mereka sekarang sehingga saya memperlakukan orang lain dengan cara yang berbeda-beda. Saya akan memperlakukan seorang wanita yang lemah lembut dengan cara yang lembut dengan sedikit senyum malu-malu agar mereka melihat bahwa saya adalah pribadi yang begitu hangat dan ramah bahkan saya memperlihatkan sifat friendly terhadap wanita tersebut. Begitu juga saya akan memperlakukan seorang pria yang berperawakan seram dengan suara berat akibat merokok dan bernada kasar, maka saya harus memperlakukan pria tersebut dengan nada yang besar dengan sifat sedikit apatis dan dengan raut muka yang cukup serius. Artinya dalam setiap kondisi yang melibatkan pribadi-pribadi yang berbeda-beda di tengah-tengah masyarakat maka saya harus memperlakukan mereka dengan cara mereka memperlakukan hal-hal yang serupa dengan mereka memperlakukan saya.
Dari sifat itulah, saya tumbuh dengan pribadi yang sulit untuk ditebak dan bahkan memunculkan sifat asli saya sendiri untuk menghadapi orang-orang di sekitar yaitu apabila mereka respect terhadap saya maka saya akan respect terhadap mereka. Saya begitu kental untuk mengenali bahkan mencari tahu siapa orang yang akan saya hadapi, bagamana sifat orang itu dan bagaimana perawakan seseorang. Saya menuntut diri saya sendiri untuk banyak mengenali sifat dasar manusia. Lebih radikalnya lagi saya dapat men-judge beberapa detik setelah orang-orang telah berkenalan dengan saya bahkan berjabat tangan sekalipun, saya bisa menilai sifat orang tersebut.
Saya dilahirkan bukan untuk menjadi peramal dan juga saya tidak memiliki kemampuan indera keenam, jadi saya bukan dukun, peramal ataupun pesulap. Saya hanya merasakan apa yang alami dengan orang-orang di sekitar saya. Saya masih punya feeling yang senantiasa membimbing saya dalam mengambil keputusan apapun. Walaupun demikian, saya bukan juga orang yang begitu peka dengan keadaan sekitar. Akan tetapi, saya mengandalkan sekali perasaan dalam suasana-suasana tertentu.
Pada dasarnya saya adalah orang yang apatis sekali, tetapi perasaan memainkan peran yang utama dalam menentukan pilihan-pilihan. Saya akan begitu apatis apabila suasana hati dan pikira begitu kacau sekali dan sebaliknya saya akan begitu heboh terhadap orang-orang bahkan saya akan mengorbankan apapun yang saya miliki untuk melakukan apapun demi lingkungan itu. Lingkungan yang penuh teka-teki, lingkungan yang bisa menghipnotis saya untuk begitu rela melakukan apapun.
Selain itu, saya begitu dominan dalam lingkungan. Hal ini juga disebabkan saya lahir dengan keturunan Tionghoa, dimana nenek moyang saya berasal dari negeri Cina yang menganut paham komunisme sejati. Dengan sistem menyeluruh dan terpusat oleh 1 (satu) orang, maka sifat bawaan tersebut terus melekat hingga keturunan yang paling terkecil. Saya yang begitu dominan dalam masyarakat harus menjadi orang yang sukses dan “terpandang” dari sekian banyak orang-orang di lingkungan dimana saya berada. Saya harus menjadi orang yang menonjol, berkepribadian unik yang mempunyai sifat lain dari pada yang lain. Orang-orang di lingkungan saya sendiri bahkan di lingkungan lain harus melihat keunikan dan suatu hal yang berbeda dengan cara pandang yang positif. Saya juga pribadi yang harus mengenal dan dikenal orang lain, dikenal karena perbuatan untuk kebajikan dari pada mudaratnya. Saya begitu optimis akan image yang harus dibentuk di tengah-tengah masyarakat. Saya secara aktif akan merubah hal-hal yang dirasa kurang pas untuk memperlihatkan sudut pandang orang-orang terhadap saya.
Saya begitu tenang dalam masuk ke dalam lingkungan baru layaknya pencuri ditengah-tengah malam yang tidak diketahui pemilik rumahnya sendiri. Saya akan melihat bahkan memperhatikan gerak-gerik dari pemilik rumah sebelum saya masuk, apabila saya menemukan fakta bahwa “pemilik rumah” itu lebih banyak kebohongan dalam hidupnya ataupun kejahatan yang bisa menjerumuskan saya, dengan berat hati saya tidak akan pernah mengenal lebih jauh orang itu. Saya sangat mawas diri terhadap semua orang, bahkan untuk setiap orang yang berlakuk baik kepada saya. Saya juga paling tidak suka orang-orang yang berusaha memanfaatkan saya untuk kepentingan politik semata, saya sangat membenci itu dan akan saya berantas. Saya tidak mau menjadi korban politik, tetapi saya ingin menjadi penggerak politik, karena saya merasa di lingkungan saya berada masih banyak orang-orang yang tidak memiliki tujuan hidup bahkan tidak mengambil kesempatan emas untuk menjadi potensi dalam dirinya. Oleh karena itu, saya memperlakukan setiap orang dengan cara-cara yang khas dan berbeda-beda yang hingga pada akhirnya akan semakin mengerti untuk memahami setiap pola-pola pikir dan pandangan serta suasana perasaan dari masing-masing orang di lingkungan saya berada.

0 komentar: